Tawazun menurut bahasa berarti keseimbangan atau seimbang sedangkan menurut istilah tawazun merupakan suatu sikap seseorang untuk memilih titik yang seimbang atau adil dalam menghadapi suatu persoalan. Sikap tawazun sangat diperlukan oleh kita sebagai insan yang muslim, tujuannya adalah agar kita tidak melakukan sesuatu hal yang berlebihan dan mengesampingkan hal-hal yang lain atau malah melupakannya, padahal hal yang dimaksud itu memiliki hak yang harus ditunaikan pada diri kita.
Rasulullah saw memerintahkan kita untuk bersikap tawazun seperti. Dapat diambil contoh kisah para sahabat Rasulullah saw, yang kurang lebih seperti ini, ada tiga orang sahabat Rasulullah saw yang datang kepada beliau dan mengutarakan maksudnya masing-masing, orang yang pertama mengatakan bahwa dia tidak akan menikah selama hidupnya, kemudian orang yang kedua mengatakan bahwa dia akan berpuasa setiap hari dan terus-menerus seumur hidupnya dan yang terakhir mengatakan bahwa ia akan sholat tanpa henti-hentinya, namun apa kata Rasulullah saw, kalian jangan seperti itu, masing-masing urusan ada haknya, urusan dunia haknya sedangkan urusan akhirat ada juga haknya, jalankanlah hal itu dengan seimbang.
Allah SWT menciptakan alam ini dengan keseimbangan dan memerintahkan kita untuk menjaga keseimbangan itu seperti yang termaktup dalam surah Ar-Rahmaan: 7-9, yang artinya sebagai berikut:”Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”
Kemampuan manusia untuk bertawazun didukung oleh fitrahnya, manusia diciptakan dengan fitrahnya oleh Allah SWT, yang mana fitrahnya itu adalah hanif yaitu kecendrungan untuk melakukan kebaikan dan mengakui ketauhidan, namun kemudian keadaannya sesudah lahir yang terkadang diarahkan oleh kedua orang tuanya tersebut membuat anak tersebut menjadi nasrani, yahudi, majusi apabila orang tuanya tersebut merupakan non-muslim, sebagaimana yang tercantum dalam surah Ar-Ruum:30 yang artinya:”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” Serta hadist Rasulullah yang berbunyi:”Setiap bayi terlahir daIam keadaan fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau Majusi (Mutafaq alaih)”.
Dalam menjalankan fitrah tersebut, manusia diberikan oleh Allah SWT tiga potensi yaitu:
- Jasmani
Setiap manusia menyadari akan hal ini, masing-masing mengetahui cara-cara memenuhi kebutuhannya, diantaranya dengan makan, minum, istirahat, pakaian, tempat tinggal. Dalam hal ini Rasulullah saw memberikan pedoman dan perintah terkait dengan cara-cara memenuhi kebutuhan tersebut, seperti dalam hal makan dan minum, Rasulullah saw memerintahkan kurang lebih sebagai berikut “makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang”. Secara logis hadist ini dapat diterima bahwa jika diibaratkan suatu sistem, maka rasa lapar samahalnya dengan suatu alarm, dimana setiap alarm pasti akan berbunyi di saat kondisi kritis atau sedang terjadi bahaya, apakah terdengarnya suatu alarm tersebut merupakan suatu perihal yang baik dan ditunggu-tunggu? tentu saja tidak, demikian pula halnya tubuh dalam memberikan rasa lapar.
- Akal
Hal yang paling membedakan manusia dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT lainnya adalah dianugerahkannya akal, dengan akal ini manusia seharusnya mampu menilai baik dan buruk sehingga tidak terjerumus kedalam jurang kebatilan, sehingga apabila manusia mampu menggunakan akalnya dengan sebaik-baiknya dan terus-menerus mencari kebenaran, maka derajatnya bisa melebihi para malaikat dan apabila manusia tidak menggunakan akal dan senang jatuh kedalam keterpurukan moral dan sebagainya maka derajatnya menyamai hewan bahkan lebih rendah lagi. Lalu bagaimana cara memenuhi kebutuhan dari potensi ini? jawaban ialah selalu belajar dan menuntut ilmu apapun ilmunya tentu saja ilmu yang positif baik itu berhubungan dengan dunia walaupun dengan akhirat, yang penting dilakukan karena lillahi ta’ala .
- Ruh
Tidak semua orang menyadari sepenuhnya akan potensi ini, apabila seseorang merasa gelisah atau tidak tentram, itu merupakan salah satu pertanda akan kekurangan ruh, namun banyak diantara orang yang tidak paham akan hal ini melampiaskannya kepada hal-hal yang negatif terutama generasi muda sekarang yakni meminum minuman keras, narkoba, sex bebas mencuri bahkan bunuh diri, sebagai akibat dari kekurangan akan ruh maka cacat moral akan terjadi pada yang bersangkutan sehingga ia tidak akan merasakan perasaan bersalah sesudah melakukan perbuatan-perbuatan dosa tersebut. Agama Islam sangat memperhatikan dengan hal ini, yakni bagaimana caranya untuk memenuhi kebutuhan ruhani, yaitu dengan rajin dalam beribadah terutama yang wajib(rukun), lalu dilanjutkan dengan sunah seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, berdzikir, bermuhasabah, dan sebagainya.
Recent Comments