Assalamualaikum semua!
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas tentang niat, ikhlas, dan syukur.
Apasih yang dimaksud dengan niat, ikhlas, dan syukur? Saya akan menjelaskan niat terlebih dahulu. Niat secara bahasa artinya keinginan atau tujuan (al-qashdu‘), sedangkan secara istilah, yang dijelaskan oleh ulama Malikiah, adalah ‘keinginan seseorang dalam hatinya untuk melakukan sesuatu’.
Niat dalam setiap kegiatan manusia berfungsi untuk:
- Membedakan antara ibadah dengan rutinitas.
Misalnya: Seseorang mandi membasahi seluruh tubuhnya. Dia hanya berniat untuk bersih-bersih. Dalam kondisi ini, mandinya tidak bernilai ibadah, namun hanya mandi sebagai rutinitas. Sebaliknya, ada orang yang mandi, membasahi seluruh badannya, dengan niat mandi junub. Mandi yang dia lakukan dinilai sebagai ibadah, dan mandinya bisa menghilangkan status hadas besarnya.
2. Membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya.
Misalnya: Seseorang melakukan salat dua rakaat sebelum zuhur. Salat yang dia lakukan memiliki banyak kemungkinan: bisa jadi salat qabliyah zuhur, salat tahiyatul masjid, salat sunah antara azan dan iqamah, atau salat sunah setelah wudu. Niat dalam diri orang ini menentukan jenis salat yang sedang dia kerjakan.
Lalu yang kedua adalah ikhlas. Secara bahasa, Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, Ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya untuk Allah, mengharap ridha-Nya, dan kebaikan pahala-Nya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan, kedudukan, kemajuan atau kemunduran. Dengan demikian Si Muslim tersebut menjadi tentara fikrah dan akidah, bukan tentara dunia dan kepentingan. Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku.” Dan yang berkarakter seperti itulah yang mempunyai semboyan “Allahu Ghayaatunaa”, yang artinya Allah adalah tujuan kami, dalam segala aktivitas dalam mengisi kehidupan.
Ciri-Ciri Orang Ikhlas
1. Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT, baik sedang bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits,“ Aku beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat dengan kebaikan seperti Gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah menjadikannya seperti debu-debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara-saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang diharamkan Allah.” (HR Ibnu Majah)
2. Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang orang lain, baik ada pujian ataupun celaan. Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,“ Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.”
3. Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
4. Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Dan yang terakhir adalah syukur. Syukur merupakan salah satu kata yang sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk diungkapkan. Karena, ungkapan jauh lebih berarti dari sekedar ucapan. Mengungkapkan rasa sukur berarti melakukan sesuatu. Di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
Recent Comments